-->

Masyaallah, Pilih jadi Mualaf, Wanita Ini Menangis Ceritakan Kisahnya, Tinggalkan Orangtua dan Teman

Masyaallah, Pilih jadi Mualaf, Wanita Ini Menangis Ceritakan Kisahnya, Tinggalkan Orangtua dan Teman

Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap peralatannya dibandingkan rumah sakit Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil.

Jadwal Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah. Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma.

Bagaimanapun, kata dokter keadaannya stabil. Ketika mengetahui hal itu, saya mengambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak.

Ketika itu saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut, “Kenapa kamu menangis?” “Ustazah … saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.” “Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan bingung. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu.

Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua. Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih.

Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman."

Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, “Ustazah … Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini." “Betulkah?” tanya saya terkejut.

Ilustrasi

“Betul Ustazah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga. Saya rasa seperti diazab di neraka.

Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.

Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.” “Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini … putus, jatuh ke dalam api neraka.

Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan.

Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali.” Lanjutnya. Tanpa mempedulikan pasien lain, Ustazah pun memperhatikannya wanita itu terus bercerita. Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari.

Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih. Dengan suara terbata-bata, dengan berlinang air mata, wanita itu meneruskan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa.

Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak. Azab itu pedih … pedih yang amat sangat … tidak bisa saya ungkapkan." Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya.

Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umat-Nya yang ingkar. “Ustazah … buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar.

Surga Dan Neraka.

Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar.

Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.

Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus.

Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan panasnya.

Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi … saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus.

Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini.” Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun.

Sangat terasa kebesaran Allah. “Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi.

Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh.

Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan.” Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.



Translate

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel